- Peringati Hari Santri, KUA Palas Buka Stand Pelayanan untuk Masyarakat dan Umat
- Hari Listrik Nasional ke-80, 12 Rumah Pra-Sejahtera di Metro Nikmati Listrik
- Bupati Pringsewu Jawab Pemandangan Umum Fraksi DPRD Terkait Ranperda APBD 2026
- Peringati Hari Santri Nasional, Bupati Pesawaran Ajak Santri Jadi Pelaku Peradaban Dunia
- Bupati Parosil Mabsus Apresiasi Santri Berprestasi di Hari Santri Nasional 2025
- Sinergi Nasional untuk UMKM, Wabup Lambar Ikuti Akad Massal KUR di Mahan Agung
- Pemkab Lamtim Gelar Istighosah dan Sholawat Kebangsaan Peringati Hari Santri Nasional 2025
- Peringatan Hari Santri Nasional 2025 di Lampung Timur
- Angkat Isu Keadilan Gender dalam Transisi Energi, Dua Mahasiswa Unila Harumkan Lampung
- Agnesia Bulan Marindo Ajak Pengurus LASQI Bersinergi Majukan Seni Qasidah di Bumi Ruwa Jurai
Angkat Isu Keadilan Gender dalam Transisi Energi, Dua Mahasiswa Unila Harumkan Lampung

KUALA LUMPUR, MFH,-- Dua mahasiswa
Universitas Lampung, Salsa Bila Wijaya dan Ryan Mukti Sasongko, sukses
mengharumkan nama kampus dan daerahnya di ajang The 5th ASEAN International
Conference on Energy and Environment (AICEE) 2025 yang digelar di Kuala Lumpur
Convention Centre (KLCC), Malaysia, pada 15–17 Oktober 2025.
Keduanya menjadi wakil Indonesia dalam forum bergengsi yang mempertemukan
akademisi, peneliti, praktisi, dan pembuat kebijakan se-ASEAN untuk membahas
arah masa depan energi kawasan. Dalam sesi bertajuk Just and Inclusive Energy
Transition, Salsa dan Ryan tampil sebagai presenter utama, membawakan hasil
riset mereka yang menyoroti kesenjangan gender dalam kebijakan energi di Asia
Tenggara.
Lewat penelitian berjudul “Gender Disparities and Energy Sustainability: Women
as Catalysts in Indonesia, Vietnam, and Philippines’ Renewable Transitions,”
Salsa dan Ryan menyoroti fakta bahwa sebagian besar kebijakan energi di kawasan
ASEAN masih “gender-blind”, atau belum sepenuhnya mempertimbangkan peran
perempuan dalam perencanaan dan implementasi transisi energi.
“Kami ingin menunjukkan bahwa transisi energi bukan sekadar urusan teknologi
atau ekonomi. Ia juga tentang keadilan sosial dan keterlibatan semua pihak,
termasuk perempuan,” ujar Salsa Bila Wijaya, mahasiswa Fakultas Hukum Unila
yang tampil percaya diri di hadapan panelis dan peserta internasional.
Sementara itu, Ryan Mukti Sasongko dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
menegaskan pentingnya dukungan institusi terhadap riset mahasiswa. “Kami
percaya prestasi akademik akan tumbuh jika kampus memberikan kepercayaan dan
dukungan kepada mahasiswanya. Pengalaman ini membuktikan bahwa mahasiswa dari
daerah pun bisa bersuara di forum global,” ujarnya.
Dalam sesi presentasi yang digelar di Room 302 pada hari pertama konferensi,
keduanya memaparkan empat pilar utama dari ASEAN Gender-Responsive Energy
Transition Framework (AGRETF), yaitu Capacity Building and Education, Inclusive
Decision-Making, Economic Empowerment, serta Gender-Sensitive Monitoring and
Evaluation.
Sesi berlangsung interaktif dengan berbagai tanggapan dari panelis dan
peserta, termasuk perwakilan dari ASEAN Centre for Energy (ACE) dan Economic
Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), yang menilai penelitian
mereka sebagai kontribusi penting dalam memperkaya perspektif sosial dalam
kebijakan energi kawasan.
Dukungan Pemerintah Provinsi Lampung
Perjalanan Salsa dan Ryan menuju Kuala Lumpur tidaklah mudah. Di awal,
keduanya sempat menghadapi kendala pendanaan dan keraguan dari sebagian pihak
terhadap relevansi kegiatan ini bagi institusi. Namun semangat mereka tidak
surut.
Beruntung, dukungan datang dari Pemerintah Provinsi Lampung melalui fasilitasi
langsung Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal, yang membantu keberangkatan
keduanya sebagai wujud dukungan terhadap pengembangan kapasitas intelektual
generasi muda Lampung di kancah internasional.
“Awalnya kami sempat merasa kecewa karena ada yang meragukan kegiatan ini.
Tapi kami tetap maju karena ingin membuktikan bahwa mahasiswa dari Lampung juga
bisa berkontribusi di level ASEAN,” tutur Salsa.
Forum Energi ASEAN dan Arah Baru
Transisi Rendah Karbon
AICEE 2025 merupakan bagian dari rangkaian besar KTT ASEAN ke-47 yang
terintegrasi dengan ASEAN Business Forum (AEBF) dan ASEAN Minister on Energy
Meeting (AMEM). Konferensi ini mengusung tema “Advancing Low-Carbon Development
through Inclusive Regional Cooperation.”
Kegiatan diikuti oleh perwakilan dari berbagai kementerian energi
negara-negara ASEAN, lembaga internasional seperti GIZ (Deutsche Gesellschaft
für Internationale Zusammenarbeit), serta para pemimpin tinggi kawasan, di
antaranya Perdana Menteri Malaysia Dato’ Seri Anwar Ibrahim, Menteri ESDM RI
Bahlil Lahadalia, dan Prof. Tetsuya Watanabe, Presiden ERIA.
Puncak acara ditandai dengan peluncuran ASEAN Plan of Action for Energy
Cooperation (APAEC) — dokumen strategis yang menjadi peta jalan kerja sama energi
berkelanjutan di Asia Tenggara.
Selain mempresentasikan riset, Salsa dan Ryan juga mengikuti networking
session dan poster showcase yang menampilkan inovasi energi terbarukan dari
berbagai universitas di kawasan. Mereka turut berkunjung ke Universiti
Kebangsaan Malaysia (UKM), belajar langsung tentang bagaimana lembaga
pendidikan tinggi di Malaysia mengintegrasikan kebijakan energi ramah
lingkungan dalam sistem akademiknya.
Bagi keduanya, pengalaman ini bukan hanya soal prestasi akademik, tetapi juga
tentang pembelajaran moral dan keberanian. “Kami belajar bahwa kesuksesan tidak
hanya diukur dari panggung, tetapi dari tekad untuk tetap berjuang ketika
dukungan terasa minim,” ungkap Ryan.
Kisah perjuangan dua mahasiswa Unila ini menjadi inspirasi baru bagi kalangan
akademik di Lampung. Bahwa keberanian untuk melangkah ke forum internasional
bukanlah mimpi yang mustahil, selama ada keyakinan, kerja keras, dan dukungan
nyata dari berbagai pihak. [MFH/**]
